Oleh: Sumarno - Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor
Sebagai negara agraris, kita bangsa Indonesia kadang-kadang lupa bersyukur bahwa masih dapat mencukupi produksi bahan pangan, dari luas lahan sawah yang hanya 8 juta ha (termasuk sawah tadah hujan), untuk menghidupi kebutuhan pangan bagi hampir 240 juta orang.
Sebagai negara agraris, kita bangsa Indonesia kadang-kadang lupa bersyukur bahwa masih dapat mencukupi produksi bahan pangan, dari luas lahan sawah yang hanya 8 juta ha (termasuk sawah tadah hujan), untuk menghidupi kebutuhan pangan bagi hampir 240 juta orang.
Ketersediaan luas lahan sawah tersebut relatif jauh lebih sempit dibandingkan dengan luas sawah Vietnam (7,5 juta ha) untuk penduduk yang hanya 85 juta orang, atau Bangladesh (8,0 juta ha) yang penduduknya hanya 87 juta orang, atau dibandingkan dengan Thailand, yang luas lahannya 31,8 juta ha dengan jumlah penduduk yang hanya sekitar 70 juta orang.
Ibarat sebuah keluarga, Indonesia merupakan keluarga yang super besar, hidup dalam satu rumah tangga, dengan sumber daya lahan yang pas-pasan, jadi wajar apabila kadang-kadang kekurangan bahan pangan.
Penulis sering terharu, mendengar para petani di Cirebon, Kuningan, Tasikmalaya, atau Ciamis, yang bertutur dengan bangga, bahwa memiliki sawah yang hanya 200 bata (0,28 ha) sudah bersyukur dan bahagia.
Di sisi lain, prestasi peningkatan produksi pangan nasional (beras), jarang sekali diapresiasi sebagai kebanggaan nasional, karena selalu tertutupi oleh peningkatan jumlah penduduk yang begitu besar.
Produksi pangan dan jumlah penduduk terus saling berkejaran, nyaris tanpa prospek batas garis akhir. Sebagai kilas balik, penduduk Indonesia tahun 1960 hanya 94 juta orang, produksi beras sekitar 7 juta ton; pada tahun 1970, jumlah penduduk 121 juta, produksi beras 10 juta ton, tahun 1990 jumlah penduduk 179 juta, produksi beras 27 juta ton, tahun 2000 jumlah penduduk 205 juta orang, produksi beras 32 juta ton, dan tahun 2010 jumlah penduduk 238 juta orang dan produksi beras 40 juta ton.
Dengan prestasi yang gemilang tersebut, en toch Indonesia yang “negara agraris”, tetap saja kekurangan beras. Ya mesti saja, orangnya sangat banyak, dan lahan sawahnya tidak terlalu luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar