Loading...

Minggu, 03 April 2011

Peningkatan Produksi Beras Nasional dan Peran Teknologi


Oleh: Sumarno - Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor
Sebagai negara agraris, kita bangsa Indonesia kadang-kadang lupa bersyukur bahwa masih dapat mencukupi produksi bahan pangan, dari luas lahan sawah yang hanya 8 juta ha (termasuk sawah tadah hujan), untuk menghidupi kebutuhan pangan bagi hampir 240 juta orang. 
Ketersediaan luas lahan sawah tersebut relatif jauh lebih sempit dibandingkan dengan luas sawah Vietnam (7,5 juta ha) untuk penduduk yang hanya 85 juta orang, atau Bangladesh (8,0 juta ha) yang penduduknya hanya 87 juta orang, atau dibandingkan dengan Thailand, yang luas lahannya 31,8 juta ha dengan jumlah penduduk yang hanya sekitar 70 juta orang.
Ibarat sebuah keluarga, Indonesia merupakan keluarga yang super besar, hidup dalam satu rumah tangga, dengan sumber daya lahan yang pas-pasan, jadi wajar apabila kadang-kadang kekurangan bahan pangan.
Penulis sering terharu, mendengar para petani di Cirebon, Kuningan, Tasikmalaya, atau Ciamis, yang bertutur dengan bangga, bahwa memiliki sawah yang hanya 200 bata (0,28 ha) sudah bersyukur dan bahagia.
Di sisi lain, prestasi peningkatan produksi pangan nasional (beras), jarang sekali diapresiasi sebagai kebanggaan nasional, karena selalu tertutupi oleh peningkatan jumlah penduduk yang begitu besar.
Produksi pangan dan jumlah penduduk terus saling berkejaran, nyaris tanpa prospek batas garis akhir. Sebagai kilas balik, penduduk Indonesia tahun 1960 hanya 94 juta orang, produksi beras sekitar 7 juta ton; pada tahun 1970, jumlah penduduk 121 juta, produksi beras 10 juta ton, tahun 1990 jumlah penduduk 179 juta, produksi beras 27 juta ton, tahun 2000 jumlah penduduk 205 juta orang, produksi beras 32 juta ton, dan tahun 2010 jumlah penduduk 238 juta orang dan produksi beras 40 juta ton.
Dengan prestasi yang gemilang tersebut, en toch Indonesia yang “negara agraris”, tetap saja kekurangan beras. Ya mesti saja, orangnya sangat banyak, dan lahan sawahnya tidak terlalu luas.

Beras, Ketahanan Pangan dan Kemiskinan

Beras kaya nutrisi, mengandung vitamin dan mineral. Beras adalah sumber karbohidrat kompleks dan sumber energi terbaik. Namun, sebagian besar nutrisi ini hilang dalam praktek pasca-produksi, khususnya di penggilingan dan dalam proses pemolesan/polishing di mana sekam padi dan dedak dipisahkan dari bulir putih. Dua jenis beras yang dianggap penting bagi manusia: Oryza sativa, tumbuh di seluruh dunia; dan Oryza glaberrima, tumbuh di bagian Afrika Barat. Oryza sativa dengan dua sub species yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere).

Nasi adalah makanan pokok bagi lebih dari setengah populasi manusia. Tulisan ini mencoba menjawab beberapa pertanyaan dasar tentang beras, sejarahnya, mengapa tumbuh, dan hubungannya dengan ketahanan pangan dan kemiskinan.
Padi merupakan tanaman serealia yang populer dan biasa digunakan sebagai makanan manusia. Padi ini sebenarnya jenis rumput dan termasuk dalam keluarga tanaman yang meliputi serealia lainnya seperti gandum dan jagung.
International Rice Genebank di IRRI – mempunyai koleksi terbesar keanekaragaman padi di dunia - berisi lebih dari 110.000 jenis padi termasuk spesies padi liar, nenek moyang varietas padi, tradisional dan varietas modern.
Sebagai perbandingan, produksi jagung global tahun 2008 mencapai 800 juta ton, sementara produksi beras mencapai 700 juta ton. Hal ini penting, untuk menunjukkan bahwa beras tetap menjadi makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi secara masal oleh manusia.
Asal-usul padi telah lama diperdebatkan. Tanaman kuno ini sedemikian rupa menariknya, sehingga waktu yang tepat dan tempat pengembangan pertama mungkin tidak akan pernah diketahui.
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun, tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan sub tropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Utar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos dan Vietnam.
 

Hubungi Kami×

* wajib di isi